Kamis, 27 Desember 2012

Tugas Materi Aplikasi Komputer :)

Apkom Print

Pengambilan Sampel Damiu


Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Ada masyarakat yang mengambil air minum dari sumber air, air sungai, air tanah baik dengan menggunakan sumur dangkal ataupun dalam dan juga dari air perpipaan yang diproduk sioleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat, yang dimasak dahulu sebelum dikonsumsi. Di kota besar, dalam halp emenuhan  kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis.
AMDK diproduksi oleh industry melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke masyarakat. Akan tetapi kelamaan masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain yaitu air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang (DAMIU).

Tahu Kah Anda?

1.    Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
2. Depot Air Minum badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas.
3.    Sampel air adalah air yang diambil sebagai contoh yang dilakukan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium yang dapat terdiri dari minum dan atau air baku.

Apakah Air Baku itu?

1.    Air bakua dalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai Peraturan Meteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syatat dan Pengawasan Kualitas Air.
2.    Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.
3.    Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sample secara periodik

Sarana Pengolahan Air Minum

1.    Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (foot grade),seperti :
a.    Pipa pengisian air baku
b.    Tandon air baku
c.    Pom papenghisap dan penyedot
d.    Filter
e.    Mikro filter
f.     Kran  pengisian air minum curah
g.    Kran pencucian/pembilasan botol
h.    Kran penghubung
i.      Peralatan sterilisasi
2.    Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).
3.    Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter dan alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

Bagaimana Desain Pengolahannya?

Untuk peralatan proses isi ulang yang baik adalah memiliki kelengkapan yang sama dengan peralatan pada AMDK hanya beda di kapasitas produksinya saja. Standar desain peralatan depo air minum isi ulang :
a)    Saringan dari pasir silica, berfungsi menyaring partikel besar kekeruhan,mengikat polutan dan penyeimbang kandungan air lainnya.
b)    Saringan dari karbonaktif, berfungsi untuk menyaring bau, rasa, dan warna pada air sehingga didapat air yang murni dan jernih.
c)    Saringan dari mikrofilter, berfungsi untuk menyaring partikel kecil sesuai ukuran micron yang ingin dicapai.
d)    Desinfeksi (Ozon dan Ultraviolet ) berfungsi membunuh bakteri yang sifatnya pathogen.
Pembersihan jirigen (tidak mengguakan bahan kimia apapun ) cukup menggunakan air sterilte rkecuali mempunyai mesin/peralatan pendukung untuk menggunakan zat kimia. Peralatan pendukung lain tangki air, pompa, instalansi harus dari bahan yang food grade (aman untuk makanan dan minuman) dapat dari bahan PVC,PP,PC, Stainless Steel.


 ALAT DAN BAHAN

         1.      ALAT :
a.    6 botol steril Pre-Test
b.    44 botol steril post-Test
c.    1 Gelas ukur
d.    1 hitter
e.    Thermometer
        2.        BAHAN :
a.    Alkohol
b.    Kapas
c.    Label
d.    Alat tulis
e.    Natrium hipoclorit
f.     Air
g.    Filter
h.    Tabel hasil pemeriksaan
i.      Kuesioner kepuasan



klinik damiu

Rabu, 26 Desember 2012

Buanglah Sampah Pada Tempatnya

Mengapa banjir setiap tahunnya pasti terjadi saat musim hujan. Apalagi ditambah selokan dan saluran air yang tersumbat oleh sampah-sampah yang dibuang sembarangan. Kesadaran masyrakat harus ditingkatkan untuk membuang sampah pada tempatnya, jangan seenaknya membuang sampah pada selokan, saluran air dan sungai.
Bisakah tempat kita menjadi suatu kawasan yang bebas dari sampah, menghadirkan kesejukan dan keindahan. Bahkan di muara sungai bisa menjadi tempat yang bersih dan indah walaupun penduduknya banyak.


Semua itu dimulai dari diri kita sendiri. Apabila dari diri kita ini sendiri belum menyadari akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, maka yang terjadi hanyalah sebuah omongan dan sebuah himbauan atau peringatan saja yang tidak ada artinya. Jika kita sendiri telah sadar, maka tidak menutup kemungkinan himbauan-himbauan seperti itu sangatlah berguna dan bermanfaat bagi semua orang. Setelah kita sendiri menyadari hal tersebut, maka kita bisa mengajak orang lain untuk peduli akan kebersihan dengan cara membuang sampah pada tempatnya.

Apabila membuang sampah pada tempatnya itu dijadikan tradisi dan juga rutinitas, maka yang kita perlu lakukan adalah menjaga dan melestarikan tradisi tersebut agar tidak punah. Bayangkan saja apabila tradisi membuang sampah pada tempatnya sudah tidak ada lagi, maka dipastikan tumah, sekolah, kantor, dan lingkungan dimana kita tinggal akan berantakan dan tidak karuan karena banyak sampah dimana-mana dan akan menumbulkan penyakit bagi orang yang menempatinya. Jadi mulai sekarang dibiasakanlah membuang sampah pada tempatnya

Kamis, 20 Desember 2012

PENTINGNYA IMUNISASI :)


IMMUNISASI
DINAS KESEHATAN PROPINSI D.I. YOGYAKARTA

I.             PENDAHULUAN

            Sejarah
Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan melaksanakan vaksinasi cacar. Kegiatan ini telah berhasil membasmi penyakit cacar di Indonesia, sehingga tahun 1974 Indonesia telah dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO.
Dengan terbuktinya keampuhan imunisasi cacar dalam memberi kekebalan terhadap penyakit cacar, maka beberapa antigen mulai dilaksanakan seperti vaksinasi BCG tahun 1973, TT tahun 1974, DPT tahun 1976, Polio tahun 1980, Campak tahun 1982, Hepatitis B tahun 1991.
Dalam meningkatkan kemampuan manajement program dengan menggunakan alat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Sejak tahun 1988 PWS secara bertahap diperkenalkan mulai dari tingkat propinsi, kabupaten dan puskesmas.
Dengan memperhitungkan pencapaian program dan potensi yang dimiliki maka program menetapkan untuk mencapai UCI ( Universal Child Immunization ) secara nasional pada tahun 1990. Dan selanjutnya diharapka UCI tercapai sampai dengan tingkat desa.
Secara operasional UCI dijabarkan dengan tercapainya cakupan imunisasi lengkap (DPT 3, POL4, Campak) minimal 80 % sebelum anak berusia 1tahun dan cakupan kontak I (DPT, POL4, BCG) minimal 9 %.
Cakupan imunisasi yang tinggi harus diratakan untuk menghindari terbentuknya kantong-kantong yang potensial wabah. Sistem supervisi dengan menggunakan chek list telah dibekukan untuk memperbaiki penyimpangan dilapangan terhadap ketentuan program imunisasi.
 
            Tujuan

a.       Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

b.      Tujuan Khusus :
1.      Tercapainya UCI ( Universial child immunization ) cakupan DPT1 minimal 90%, Imunisasi lengkap 80% :
di Tingkat Propinsi            : tahun 1990
di Tingkat Kabupaten       : tahun 1991
di Tingkat Kecamatan       : tahun 1994
di Tingkat Desa                 : tahun 1999

2.      Tercapainya eliminasi Tetanus Neonaturum ( insiden dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup ).
- Di seluruh Indonesia tahun 2000
3.      Tercapainya eradikasi kasus poliomyelitis.
- Di seluruh Indonesia tahun 2000

            Kebijaksanaan
a.       Kebijaksanan Umum :
-          Meningkatkan jangkauan/aksesibilitas pelayanan : semua puskesmas dan puskesmas pembantu memberikan pelayanan imunisasi.
-          Screening secara ketat untuk menghindarkan “ missed opportunity”
-          Efisiensi pelaksanan program untuk menekan drop out.
-          Menggunakan 1 jarum dan 1 syringe steril untuk tiap suntikan.
-          Mengadakan supervisi dengan check list secara rutin.
-          Penyuluhan diarahkan untuk menunjang program.
-          Memantau dampak program terhadap PD3I, dari keadan sebelum program terhadap PD3I.

b.      Kebijaksanan Khusus :
-          Mengupayakan adanya alokasi dana untuk kegiatan imunisasi dalam APBD.
-          Urban Strategi :
Mencari potensi yang ada dalam masyarakat yang dapat menunjang program imunisasi, antara lain : melibatkan pihak swasta dalam program imunisasi baik dalam bidang motivasi-mobilisasi masyarakat maupun pelayanan imunisasi (organisasi profesi, balai imunisasi swasta).
-          Dalam perencanan dan pelaksanan program selalu bersama-sama dengan program terkait lain (KIA, KB, Diare, Gizi, Kesehatan Lingkungan dan penyuluhan kesehatan) dengan sektor lain (Pemda, PKK, Agama, Dikbud dan ABRI).
-          Keterpaduan lintas program (imunisasi, KIA, surveillance) untuk eliminasi tetanus neonatorum :
a.       Unit surveillance bertanggung jawab untuk menyediakan data tentang kasus tetanus neonatorum melalui comunity dan hospital based surveillance.
b.      Unit KIA bertanggung jawab untuk mengadakan tindak lanjut terhadap kasus tetanus neonatorum, dukun/petugas penolong serta keluarga penderita.
c.       Unit imunisasi bertanggung jawab atas kualitas vaksin dan status imunisasi ibu penderita serta ibu hamil lain yang ditolong dukun/petugas penolong persalinan tersebut disamping meningkat cakupan TT ibu hamil, colon pengantin wanita serta anak SD.

-          Keterpaduan lintas program (imunisasi dan surveillance) untuk eradikasi poliomelitis :
a.       Unit surveillance bertanggung jawab untuk menyediakan data kasus polio akut melalui community dan hospital based surveilance menanggulangi KLB polio untuk menghentikan transmisi virus polio.
b.      Unit imunisasi bertanggung jawab untuk menghilangkan daerah kantong dengan meratakan cakupan imunisasi polio terutama di wilayah sekitar KLB.  

            Sasaran dan Jadwal Pemberian Imunisasi
a.       Sasaran :
-          Bayi ( 0-11 bulan )
-          Ibu hamil
-          Calon pengantin wanita
-          Anak Sekolah Dasar Kelas I (diberikan DT)
-          Anak Sekolah Dasar Kelas II s/d VI (diberikan TT)
-          Anak Sekolah Dasar Kelas III s/d VI (diberikan polio)

b.      Jadwal Pemberian Imunisasi :

Vaksin
Pemberian
Interval
Umur
BCG
1 X
-
0 – 11 BULAN
DPT
3 X
4 MINGGU
2 – 11 BULAN
POLIO
4 X
4 MINGGU
0 – 11 BULAN
H.B
3 X
4 MINGGU
0 – 11 BULAN
CAMPAK
1 X
-
9 – 11 BULAN
TT I. H
2 X
4 MINGGU
SELAMA HAMIL
TT CAT
2 X
4 MINGGU
SEBELUM MENIKAH

Pelaksanan Imunisasi Anak Sekolah Dasar akan dilaksanakan pada bulan Nopember (sesuai jadwal BIAS)

Keterangan :

TT – IH : 1. Bila TT-cpw 1X, TT-IH 2X
 2. Bila TT-cpw 2X, TT-IH 1X
 3. Bila hamil pertama TT 2X, hamil berikutnya TT 1X

Untuk memberikan perlindungan seumur hidup terhadap penyakit tetanus neonatorum diperlukan pemberian imunisasi TT dengan interval waktu sesuai ketentuan yang telah ditetapkan WHO sebagai berikut :
Dosis TT
Jarak Minimal
Lama Perlindungan
TT 1
-
-
TT 2
1 bulan setelah TT 1
3 tahun
TT 3
6 bulan setelah TT 2
5 tahun
TT 4
1 tahun setelah TT 3
10 tahun
TT 5
1 tahun setelah TT 4
25 tahun / seumur hidup

Mulai tahun 1998 akan dikembangkan progran imunisasi untuk memberikan perlindungan seumur hidup terhadap penyaki tetanus neonatorum, pada pelayanan imunisasi Anak Sekolah Dasar melalui Badan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
BIAS dilaksanakan secara bertahap dengan jadwal sebagai berikut :
-          Tahun 1998 – 2000 : DT 1 kl pada kelas 1
 TT 1 kl pada kelas 2, 3, 4, 5, 6
- Tahun 2001 – dst        : DT 1 kl pada kelas 1
 TT 1 kl pada kelas 2 dan 3

II.                PENGELOLAAN PROGRAM IMMUNISASI
A.    Perencanaan :
1.      Perencanaan kebutuhan vaksin
Cara perhitungan kebutuhan vaksin
Contoh 1         : Cara perhitungan kebutuhan vaksin DPT 1 tahun

Jumlah DPT 1 + DPT 2 + DPT 3


----------------------------------------
+
20% (-) stok
IP DPT tahun lalu



Contoh 2         : Cara menghitung angka indeks pemakaian vaksin (IP) DPT.

Cakupan DPT 1 + DPT 2 + DPT 3
------------------------------------------
Jumlah pemakaian vaksin DPT

2.      Perencanaan kebutuhan cold chain
a.       Sarana penyimpan vaksin
-          Kamar dingin (cold room) di tingkat Propinsi
-          Lemari es. Di tingkat II dan puskesmas
-          Frezer. Di tingkat II
-          Mini frezer. Di tingkat puskesmas

b.      Sarana pembawa / pengangkut vaksin
- Cold book, Vaksin carrier, termos, cold pack

c.       Alat pemantau cold chain
Termometer

3.      Perencanaan kebutuhan peralatan imunisasi
Satu syringe dan satu jarum steril untuk satu suntikan, maka untuk kebutuhan alat suntikan dan sterilisasinya setiap puskesmas dilengkapi dengan :
-          1 set kit imunisasi statik untuk pelayanan di dalam gedung ( 2 rak )
-          2 set kit imunisasi lapangan ( 1 rak )
-          Beberapa buah conteiner

Beberapa bagian penting dalam kit imunisasi adalah

-          Reusable syringe ukuran 0,05 ml, 0,5 ml, 5 ml
-          Jarum ukuran 18 G, 23 G, 26 G
-          Pinset, timer, batu asah, peralatan cuci tangan, baskom, tas lapangan, peralatan cuci tangan, kantong sampah, kapas

Kebutuhan reusable syringe dan jarum per tahun :

Jumlah syringe =  Jumlah sasaran  X  Jumlah suntikan/sasaran
200

Jumlah jarum   =  Jumlah sasaran  X  Jumlah suntikan/sasaran
50

4.      Perencanaan kebutuhan tenaga

-          Tenaga vaksinator
-          Disesuaikan dengan jumlah fasilitas pelayanan imunisasi baik statik maupan lapangan serta jadwal posyandu
-          Petugas cold chain

5.      Menentukan jumlah sasaran :

Bayi :

Nasional
:
CBR nasional (%)
x
Jumlah penduduk nasional
Propinsi
:
CBR nasional (%)
x
Jumlah penduduk propinsi
Kabupaten
:
CBR propinsi (%)
x
Jumlah penduduk kabupaten
Kecamatan
:
CBR propinsi (%)
x
Jumlah penduduk kecamatan
Desa
:
CBR propinsi (%)
x
Jumlah penduduk desa
Ket.     :  CBR propinsi DIY = 1,69 %

Ibu hamil :

Sasaran imunisasi TT ibu hamil adalah 1,1 x jumlah bayi

SD Kelas I :

Semua anak SD Kelas I yang terdaftar di Kantor Dinas Dikbud setempat

SD Kelas VI wanita :

Sasaran imunisasi TT untuk anak sekolah adalah murid sekolah kelas VI SD yang wanita. Jumlah sasaran diperoleh dari kantor Dinas Dikbud setempat.

Calon pengantin wanita :

Sebagai calon pengantin wanita yang terdaftar di KUA kecamatan, sedang yang non islam di Kantor Pencatatan Sipil.

6.      Menentukan target cakupan imunisasi
Setelah diketahui jumlah sasaran imunisasi, maka dapat ditentukan target yang harus dicapai :

-          Tingkat jangkauan program/cakupan kontak pertama (DPT I)
Target 1 tahun       : 90 % dari sasaran 
Target per bulan    : 7,5 %

-          Tingkat perlindungan program (cakupan polio 4/campak)
Target 1 tahun       : 80 % dari sasaran
Target per bulan    : 6,67 %

III.             PELAKSANAAN
1.      Vaksin
a.       Pengadaan : Dilaksanakan oleh pusat
b.      Distribusi :

Pusat / Bio Farma
Stock : 6 bulan  +  cadangan 1 bulan

Distribusi setiap 3 bulan



Propisi
Stock : 3 bulan  +  cadangan 1 bulan

Pengambilan setiap 1 bulan



Kabupaten
Stock : 1 bulan  +  cadangan 1 bulan

Pengambilan setiap 1 bulan



Puskesmas
Stock : 1 bulan  +  cadangan 1 minggu

Pengambilan setiap 1 bulan



c.       Penyimpanan vaksin
Suhu vaksin virus hidup ( polio,campak ) seharusnya disimpan dibawah suhu 0 o  C ( freezer ), tetapi semua vaksin bakteri ( DTT, DT, TT kecuali BCG ) apabila disimpan dibawah 0 o C akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak antigen. Maka vaksin bakteri di simpan pada suhu 2-8 o C. Di puskesmas semua vaksin tetap di simpan dalam suhu 2-8 o derajat C dengan maksimal penyimpanannya selama 1 bulan. 

d.      Pemakaian :
-          Dalam mengambil vaksin sesuai dengan prinsip first in firat out ( vaksin yang masuk/disimpan lebih dulu harus dipakai lebih dahulu atau dipilih vaksin dengan nomer batch lebih kecil dan tanggal kedaluarsa yang lebih dahulu.
-          Kebijaksanaan program adalah tetap membuka flakon/ampul baru meskipun sasaran sedikit untuk tidak mengecewakan masyarakat kecuali hepatitis B. Kalau pada awal indek pemakaian vaksin menjadi sangat kecil dibanding dengan jumlah dosis flakton/ampul, dengan semakin mantapnya manajemen program di unit pelayanan, tingkat efisiensi dari pemakaian vaksin ini harus lebih tinggi.
-          Vaksin yang dipakai haruslah vaksin yang poten dan aman, jadi sisa vaksin yang sudah dibawa kelapangan yang belum dibuka harus segera dipakai pada pelayanan berikutnya sedangkan yang telah dibuka harus dibuang. Sebelum dibuang periksa dulu apakah diantara pengunjung umur diluar umur sasaran ada yang perlu dilengkapi imunisasinya dan ada yang perlu boster, namun hasi imunisasi ini jangan dilaporkan cukup dicatat pada buku bantu.

2.      Chold chain
Di piskesmas, penyimpanan vaksin pada suhu 2-8 o C sedangkan pada bagian freezer dipakai untuk membekukan Cold Pack. Penyimpanan vaksin diatur sesuai dengan jenis vaksin dan diberi jarak (spasi).

3.      pelayanan imunisasi

Pelayanan Imunisasi meliputi kegiatan :
a.       Inventaris sasaran
b.      Persiapan masyarakat
c.       Kegiatan Imunisasi :
-          Kegiatan operasioanal rutin
-          Kegiatan operasional khusus (sweeping, mop-up, pencegahan drop out, kegiatan khusus daerah sulit, crash program)

IV.             K O O R D I N A S I
A.    Kerjasama lintas program ( KIA, Survaillance, KB-Kesehatan )
B.     Kerjasama lintas sektoral ( Departemen Agama, Dalam Negeri, P&K, Organisasi Profesi : IDAI, PGRI, IBI )

V.                PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencataan :

a.       Pencataan hasil cakupan imunisasi
b.      Pencataan vaksin
c.       Pencataan suhu lemari es
d.      Pencataan barang imunisasi

Pelaporan :

Pelaporan dilakukan oleh setiap unit yang melakukan kegiatan imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit, balai imunisasi swasta dan rumah sakit swasta kepada pengelola program di tingkat administrasi yang sesui. Unit yang dibawah melaporkan hasil rekapannya keunit yang diatasnya. Yang dilaporkan adalah :

1.      Cakupan imunisasi
Dalam melaporkan cakupan imunisasi, harus dipisahkan pemberian imunisasi terhadap kelompok diluar umur sasaran. Pemisahan ini sebenarnya sudah dilakukan mulai saat pencatatan supaya tidak mengacaukan perhitungan persen cakupan.

2.      Stock dan pemakaian vaksin

Stock vaksin dan pemakaian vaksin setiap bulan harus dilaporkan bersama-sama dengan laporan cakupan imunisasi.
 
VI.             PEMANTAUAN

Salah satu fungsi penting dalam manajemen program adalah pemantauan. Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan dengan ketentuan program imunisasi.

1.      Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Alat pemantauan ini berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya lebih memantau kwalitas program.

Prinsip PWS :
a.       Memanfaatkan data yang ada : dari cakupan / laporan cakupan imunisasi
b.      Menggunakan indikator sederhana : tidak terlalu banyak.

Indikator PWS :

DPT I        : Jangkauan / aksesbilitas pelayanan




Jumlah imunisasi DPT I


------------------------------------------------------
X
100%
Jumlah bayi yang akan lahir dalam 1 tahun



Polio 4       : Tingkat perlindungan (efektifitas program)

Jumlah imunisasi polio-4


-------------------------------------------------------
X
100%
Jumlah bayi yang lahir dalam 1 tahun



 Drop uot DPT- I polio 4  : efisiensi/manajemen

DPT I – Polio 4


------------------------
X
100%
DPT I



TT  I  IH  : Jamgkauan / aksesbilitas pelayanan

Jumlah imunisasi TT  I  IH + TT ulang


------------------------------------------------
X
100%
Jumlah ibu hamil dalam 1 tahun



TT  2  IH      : Tingkat perlindungan program (efektifitas)

Jumlah imunisasi TT  2  IH + TT ulang


------------------------------------------------
X
100%
Jumlah ibu hamil dalam 1 tahun



Drop out TT 1 –TT 2 IH : efisiensi / manajemen program

TT  1  IH – TT  2  IH


---------------------------
X
100%
TT  I  IH



c.       Dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan setempat
d.      Teratur dan tepat waktu : setiap bulan
e.       Sebagai umpan balik untuk mengambil tindakan
f.       Membuat grafik yang jelas dan menarik untuk masing-masing indikator

2.      Pembinaan

Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk mencapai tujuan akhir program imunisasi yaitu menurunkan angka kesekitan dan angka kematian terhadap PD3I. Cakupan yang tinggi harus disertai dengan mutu program yang tinggi pula. Untuk meningkatkan mutu program pembinaan dari atas (supervisi) dari atas diperlukan :

Tingkat supervisi :

-          Tingkat pusat supervisi ke tingkat propinsi
-          Petugas propinsi mengadakan pembinaan ke kabupaten
-          Petugas kabupaten mengadakan pembinaan ke tingkat kecamatan
-          Petugas kecamatan mengadakan pembinaan ke desa/lapangan

Alat bantu yang digunakan untuk supervisi adalah check list. Keluaran yang diharapkan dari supervisi dengan check list adalah :
-          Peningkatan mutu manajemen program
-          Peningkatan mutu pelayanan dan segi tehnis dari program
-          Peningkatan bantuan dan kerjasama lintas sektoral

Dalam pelaksanaannya yang dipantau melalui check list supervisi adalah :

1.      Pengolahan PWS
2.      Pelembagaan PWS
3.      Pencatatan dan pelaporan
4.      Vaksin dan rantai dingin


VII.          E V A L U A S I

a.       Evaluasi dengan data sekunder, meliputi :

-          Stook vaksin
-          Indek pemakaian vaksin (IP)
-          Suhu lemari es
-          Dampak program terhadap PD3I

b.      Evaluasi dengan data primer, meliputi :

-          Survei cakupan ( coverage survei )
-          Survei sosial
-          Uji potensi vaksin