IMMUNISASI
DINAS KESEHATAN PROPINSI D.I.
YOGYAKARTA
I.
PENDAHULUAN
Sejarah
Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956
dengan melaksanakan vaksinasi cacar. Kegiatan ini telah berhasil membasmi
penyakit cacar di Indonesia, sehingga tahun 1974 Indonesia telah dinyatakan
bebas dari penyakit cacar oleh WHO.
Dengan terbuktinya keampuhan imunisasi cacar dalam
memberi kekebalan terhadap penyakit cacar, maka beberapa antigen mulai
dilaksanakan seperti vaksinasi BCG tahun 1973, TT tahun 1974, DPT tahun 1976,
Polio tahun 1980, Campak tahun 1982, Hepatitis B tahun 1991.
Dalam meningkatkan kemampuan manajement program
dengan menggunakan alat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Sejak tahun 1988 PWS
secara bertahap diperkenalkan mulai dari tingkat propinsi, kabupaten dan
puskesmas.
Dengan memperhitungkan pencapaian program dan
potensi yang dimiliki maka program menetapkan untuk mencapai UCI ( Universal
Child Immunization ) secara nasional pada tahun 1990. Dan selanjutnya diharapka
UCI tercapai sampai dengan tingkat desa.
Secara operasional UCI dijabarkan dengan
tercapainya cakupan imunisasi lengkap (DPT 3, POL4, Campak) minimal 80 %
sebelum anak berusia 1tahun dan cakupan kontak I (DPT, POL4, BCG) minimal 9 %.
Cakupan imunisasi yang tinggi harus diratakan
untuk menghindari terbentuknya kantong-kantong yang potensial wabah. Sistem
supervisi dengan menggunakan chek list telah dibekukan untuk memperbaiki
penyimpangan dilapangan terhadap ketentuan program imunisasi.
Tujuan
a. Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
b.
Tujuan Khusus
:
1.
Tercapainya
UCI ( Universial child immunization ) cakupan DPT1 minimal 90%, Imunisasi
lengkap 80% :
di Tingkat Propinsi : tahun 1990
di Tingkat Kabupaten : tahun 1991
di Tingkat Kecamatan : tahun 1994
di Tingkat Desa :
tahun 1999
2.
Tercapainya
eliminasi Tetanus Neonaturum ( insiden dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup ).
- Di seluruh Indonesia tahun 2000
3.
Tercapainya
eradikasi kasus poliomyelitis.
- Di seluruh Indonesia tahun 2000
Kebijaksanaan
a. Kebijaksanan Umum :
-
Meningkatkan
jangkauan/aksesibilitas pelayanan : semua puskesmas dan puskesmas pembantu
memberikan pelayanan imunisasi.
-
Screening
secara ketat untuk menghindarkan “ missed opportunity”
-
Efisiensi
pelaksanan program untuk menekan drop out.
-
Menggunakan 1
jarum dan 1 syringe steril untuk tiap suntikan.
-
Mengadakan
supervisi dengan check list secara rutin.
-
Penyuluhan
diarahkan untuk menunjang program.
-
Memantau
dampak program terhadap PD3I, dari keadan sebelum program terhadap PD3I.
b.
Kebijaksanan
Khusus :
-
Mengupayakan
adanya alokasi dana untuk kegiatan imunisasi dalam APBD.
-
Urban
Strategi :
Mencari potensi yang ada dalam masyarakat yang
dapat menunjang program imunisasi, antara lain : melibatkan pihak swasta dalam
program imunisasi baik dalam bidang motivasi-mobilisasi masyarakat maupun
pelayanan imunisasi (organisasi profesi, balai imunisasi swasta).
-
Dalam
perencanan dan pelaksanan program selalu bersama-sama dengan program terkait
lain (KIA, KB, Diare, Gizi, Kesehatan Lingkungan dan penyuluhan kesehatan)
dengan sektor lain (Pemda, PKK, Agama, Dikbud dan ABRI).
-
Keterpaduan
lintas program (imunisasi, KIA, surveillance) untuk eliminasi tetanus
neonatorum :
a. Unit surveillance bertanggung jawab untuk
menyediakan data tentang kasus tetanus neonatorum melalui comunity dan hospital
based surveillance.
b.
Unit KIA
bertanggung jawab untuk mengadakan tindak lanjut terhadap kasus tetanus
neonatorum, dukun/petugas penolong serta keluarga penderita.
c.
Unit
imunisasi bertanggung jawab atas kualitas vaksin dan status imunisasi ibu
penderita serta ibu hamil lain yang ditolong dukun/petugas penolong persalinan
tersebut disamping meningkat cakupan TT ibu hamil, colon pengantin wanita serta
anak SD.
-
Keterpaduan
lintas program (imunisasi dan surveillance) untuk eradikasi poliomelitis :
a. Unit surveillance bertanggung jawab untuk
menyediakan data kasus polio akut melalui community dan hospital based
surveilance menanggulangi KLB polio untuk menghentikan transmisi virus polio.
b.
Unit
imunisasi bertanggung jawab untuk menghilangkan daerah kantong dengan meratakan
cakupan imunisasi polio terutama di wilayah sekitar KLB.
Sasaran dan
Jadwal Pemberian Imunisasi
a. Sasaran :
-
Bayi ( 0-11
bulan )
-
Ibu hamil
-
Calon
pengantin wanita
-
Anak Sekolah
Dasar Kelas I (diberikan DT)
-
Anak Sekolah
Dasar Kelas II s/d VI (diberikan TT)
-
Anak Sekolah
Dasar Kelas III s/d VI (diberikan polio)
b. Jadwal Pemberian Imunisasi :
Vaksin
|
Pemberian
|
Interval
|
Umur
|
BCG
|
1 X
|
-
|
0 – 11 BULAN
|
DPT
|
3 X
|
4 MINGGU
|
2 – 11 BULAN
|
POLIO
|
4 X
|
4 MINGGU
|
0 – 11 BULAN
|
H.B
|
3 X
|
4 MINGGU
|
0 – 11 BULAN
|
CAMPAK
|
1 X
|
-
|
9 – 11 BULAN
|
TT I. H
|
2 X
|
4 MINGGU
|
SELAMA HAMIL
|
TT CAT
|
2 X
|
4 MINGGU
|
SEBELUM MENIKAH
|
Pelaksanan Imunisasi Anak Sekolah Dasar akan
dilaksanakan pada bulan Nopember (sesuai jadwal BIAS)
Keterangan :
TT – IH : 1. Bila TT-cpw 1X, TT-IH 2X
2. Bila
TT-cpw 2X, TT-IH 1X
3. Bila
hamil pertama TT 2X, hamil berikutnya TT 1X
Untuk memberikan perlindungan seumur hidup
terhadap penyakit tetanus neonatorum diperlukan pemberian imunisasi TT dengan
interval waktu sesuai ketentuan yang telah ditetapkan WHO sebagai berikut :
Dosis TT
|
Jarak Minimal
|
Lama Perlindungan
|
TT 1
|
-
|
-
|
TT 2
|
1 bulan setelah TT 1
|
3 tahun
|
TT 3
|
6 bulan setelah TT 2
|
5 tahun
|
TT 4
|
1 tahun setelah TT 3
|
10 tahun
|
TT 5
|
1 tahun setelah TT 4
|
25 tahun / seumur hidup
|
Mulai tahun 1998 akan dikembangkan progran
imunisasi untuk memberikan perlindungan seumur hidup terhadap penyaki tetanus
neonatorum, pada pelayanan imunisasi Anak Sekolah Dasar melalui Badan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS)
BIAS dilaksanakan secara bertahap dengan jadwal
sebagai berikut :
-
Tahun 1998 –
2000 : DT 1 kl pada kelas 1
TT 1 kl
pada kelas 2, 3, 4, 5, 6
- Tahun 2001 – dst : DT 1 kl pada kelas 1
TT 1 kl
pada kelas 2 dan 3
II.
PENGELOLAAN
PROGRAM IMMUNISASI
A.
Perencanaan :
1.
Perencanaan
kebutuhan vaksin
Cara perhitungan kebutuhan vaksin
Contoh 1 :
Cara perhitungan kebutuhan vaksin DPT 1 tahun
Jumlah DPT 1 + DPT 2 + DPT 3
|
||
----------------------------------------
|
+
|
20% (-) stok
|
IP DPT tahun lalu
|
Contoh 2 : Cara menghitung angka indeks pemakaian vaksin (IP) DPT.
Cakupan DPT 1 + DPT 2 + DPT 3
|
------------------------------------------
|
Jumlah pemakaian vaksin DPT
|
2.
Perencanaan
kebutuhan cold chain
a. Sarana penyimpan vaksin
-
Kamar dingin
(cold room) di tingkat Propinsi
-
Lemari es. Di
tingkat II dan puskesmas
-
Frezer. Di
tingkat II
-
Mini frezer.
Di tingkat puskesmas
b.
Sarana
pembawa / pengangkut vaksin
- Cold book, Vaksin carrier, termos, cold pack
c.
Alat pemantau
cold chain
Termometer
3.
Perencanaan
kebutuhan peralatan imunisasi
Satu syringe dan satu jarum steril untuk satu
suntikan, maka untuk kebutuhan alat suntikan dan sterilisasinya setiap
puskesmas dilengkapi dengan :
-
1 set kit
imunisasi statik untuk pelayanan di dalam gedung ( 2 rak )
-
2 set kit
imunisasi lapangan ( 1 rak )
-
Beberapa buah
conteiner
Beberapa bagian penting dalam kit imunisasi adalah
-
Reusable
syringe ukuran 0,05 ml, 0,5 ml, 5 ml
-
Jarum ukuran
18 G, 23 G, 26 G
-
Pinset,
timer, batu asah, peralatan cuci tangan, baskom, tas lapangan, peralatan cuci
tangan, kantong sampah, kapas
Kebutuhan reusable syringe dan jarum per tahun :
Jumlah syringe =
Jumlah sasaran X Jumlah suntikan/sasaran
200
Jumlah jarum
= Jumlah sasaran X
Jumlah suntikan/sasaran
50
4.
Perencanaan
kebutuhan tenaga
-
Tenaga
vaksinator
-
Disesuaikan
dengan jumlah fasilitas pelayanan imunisasi baik statik maupan lapangan serta
jadwal posyandu
-
Petugas cold
chain
5.
Menentukan
jumlah sasaran :
Bayi :
Nasional
|
:
|
CBR nasional (%)
|
x
|
Jumlah penduduk nasional
|
Propinsi
|
:
|
CBR nasional (%)
|
x
|
Jumlah penduduk propinsi
|
Kabupaten
|
:
|
CBR propinsi (%)
|
x
|
Jumlah penduduk kabupaten
|
Kecamatan
|
:
|
CBR propinsi (%)
|
x
|
Jumlah penduduk kecamatan
|
Desa
|
:
|
CBR propinsi (%)
|
x
|
Jumlah penduduk desa
|
Ket. : CBR propinsi DIY = 1,69 %
Ibu hamil :
Sasaran imunisasi TT ibu hamil adalah 1,1 x jumlah
bayi
SD Kelas I :
Semua anak SD Kelas I yang terdaftar di Kantor
Dinas Dikbud setempat
SD Kelas VI wanita :
Sasaran imunisasi TT untuk anak sekolah adalah
murid sekolah kelas VI SD yang wanita. Jumlah sasaran diperoleh dari kantor
Dinas Dikbud setempat.
Calon pengantin wanita :
Sebagai calon pengantin wanita yang terdaftar di
KUA kecamatan, sedang yang non islam di Kantor Pencatatan Sipil.
6.
Menentukan
target cakupan imunisasi
Setelah diketahui jumlah sasaran imunisasi, maka
dapat ditentukan target yang harus dicapai :
-
Tingkat
jangkauan program/cakupan kontak pertama (DPT I)
Target 1 tahun :
90 % dari sasaran
Target per bulan :
7,5 %
-
Tingkat
perlindungan program (cakupan polio 4/campak)
Target 1 tahun :
80 % dari sasaran
Target per bulan :
6,67 %
III.
PELAKSANAAN
1.
Vaksin
a. Pengadaan : Dilaksanakan oleh pusat
b.
Distribusi :
Pusat / Bio Farma
Stock : 6 bulan + cadangan 1 bulan
|
Distribusi setiap 3 bulan
|
|
Propisi
Stock : 3 bulan + cadangan 1 bulan
|
Pengambilan setiap 1 bulan
|
|
Kabupaten
Stock : 1 bulan + cadangan 1 bulan
|
Pengambilan setiap 1 bulan
|
|
Puskesmas
Stock : 1 bulan + cadangan 1 minggu
|
Pengambilan setiap 1 bulan
|
c.
Penyimpanan
vaksin
Suhu vaksin virus hidup ( polio,campak ) seharusnya
disimpan dibawah suhu 0 o C (
freezer ), tetapi semua vaksin bakteri ( DTT, DT, TT kecuali BCG ) apabila
disimpan dibawah 0 o C akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi
zat pengawet yang merusak antigen. Maka vaksin bakteri di simpan pada suhu 2-8
o C. Di puskesmas semua vaksin tetap di simpan dalam suhu 2-8 o
derajat C dengan maksimal penyimpanannya selama 1 bulan.
d.
Pemakaian :
-
Dalam
mengambil vaksin sesuai dengan prinsip first in firat out ( vaksin yang
masuk/disimpan lebih dulu harus dipakai lebih dahulu atau dipilih vaksin dengan
nomer batch lebih kecil dan tanggal kedaluarsa yang lebih dahulu.
-
Kebijaksanaan
program adalah tetap membuka flakon/ampul baru meskipun sasaran sedikit untuk
tidak mengecewakan masyarakat kecuali hepatitis B. Kalau pada awal indek
pemakaian vaksin menjadi sangat kecil dibanding dengan jumlah dosis
flakton/ampul, dengan semakin mantapnya manajemen program di unit pelayanan,
tingkat efisiensi dari pemakaian vaksin ini harus lebih tinggi.
-
Vaksin yang
dipakai haruslah vaksin yang poten dan aman, jadi sisa vaksin yang sudah dibawa
kelapangan yang belum dibuka harus segera dipakai pada pelayanan berikutnya
sedangkan yang telah dibuka harus dibuang. Sebelum dibuang periksa dulu apakah
diantara pengunjung umur diluar umur sasaran ada yang perlu dilengkapi
imunisasinya dan ada yang perlu boster, namun hasi imunisasi ini jangan
dilaporkan cukup dicatat pada buku bantu.
2.
Chold chain
Di piskesmas, penyimpanan vaksin pada suhu 2-8
o C sedangkan pada bagian freezer dipakai untuk membekukan Cold Pack.
Penyimpanan vaksin diatur sesuai dengan jenis vaksin dan diberi jarak (spasi).
3.
pelayanan
imunisasi
Pelayanan Imunisasi meliputi kegiatan :
a. Inventaris sasaran
b.
Persiapan
masyarakat
c.
Kegiatan
Imunisasi :
-
Kegiatan
operasioanal rutin
-
Kegiatan
operasional khusus (sweeping, mop-up, pencegahan drop out, kegiatan khusus
daerah sulit, crash program)
IV.
K O O R D I N
A S I
A.
Kerjasama
lintas program ( KIA, Survaillance, KB-Kesehatan )
B.
Kerjasama
lintas sektoral ( Departemen Agama, Dalam Negeri, P&K, Organisasi Profesi :
IDAI, PGRI, IBI )
V.
PENCATATAN
DAN PELAPORAN
Pencataan :
a. Pencataan hasil cakupan imunisasi
b.
Pencataan
vaksin
c.
Pencataan
suhu lemari es
d.
Pencataan
barang imunisasi
Pelaporan :
Pelaporan dilakukan oleh setiap unit yang
melakukan kegiatan imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit,
balai imunisasi swasta dan rumah sakit swasta kepada pengelola program di
tingkat administrasi yang sesui. Unit yang dibawah melaporkan hasil rekapannya
keunit yang diatasnya. Yang dilaporkan adalah :
1.
Cakupan
imunisasi
Dalam melaporkan cakupan imunisasi, harus
dipisahkan pemberian imunisasi terhadap kelompok diluar umur sasaran. Pemisahan
ini sebenarnya sudah dilakukan mulai saat pencatatan supaya tidak mengacaukan
perhitungan persen cakupan.
2.
Stock dan
pemakaian vaksin
Stock vaksin dan pemakaian vaksin setiap bulan
harus dilaporkan bersama-sama dengan laporan cakupan imunisasi.
VI.
PEMANTAUAN
Salah satu fungsi penting dalam manajemen program
adalah pemantauan. Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing
kegiatan sejalan dengan ketentuan program imunisasi.
1.
Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS)
Alat pemantauan ini berfungsi untuk meningkatkan
cakupan, jadi sifatnya lebih memantau kwalitas program.
Prinsip PWS :
a.
Memanfaatkan
data yang ada : dari cakupan / laporan cakupan imunisasi
b.
Menggunakan
indikator sederhana : tidak terlalu banyak.
Indikator PWS :
DPT I :
Jangkauan / aksesbilitas pelayanan
Jumlah imunisasi DPT I
|
||
------------------------------------------------------
|
X
|
100%
|
Jumlah bayi yang akan lahir dalam 1 tahun
|
Polio 4 :
Tingkat perlindungan (efektifitas program)
Jumlah imunisasi polio-4
|
||
-------------------------------------------------------
|
X
|
100%
|
Jumlah bayi yang lahir dalam 1 tahun
|
Drop uot
DPT- I polio 4 : efisiensi/manajemen
DPT I – Polio 4
|
||
------------------------
|
X
|
100%
|
DPT I
|
TT I IH :
Jamgkauan / aksesbilitas pelayanan
Jumlah imunisasi TT I IH
+ TT ulang
|
||
------------------------------------------------
|
X
|
100%
|
Jumlah ibu hamil dalam 1 tahun
|
TT 2 IH :
Tingkat perlindungan program (efektifitas)
Jumlah imunisasi TT 2 IH
+ TT ulang
|
||
------------------------------------------------
|
X
|
100%
|
Jumlah ibu hamil dalam 1 tahun
|
Drop out TT 1 –TT 2 IH : efisiensi / manajemen
program
TT 1 IH – TT
2 IH
|
||
---------------------------
|
X
|
100%
|
TT I IH
|
c.
Dimanfaatkan
untuk pengambilan keputusan setempat
d.
Teratur dan
tepat waktu : setiap bulan
e.
Sebagai umpan
balik untuk mengambil tindakan
f.
Membuat
grafik yang jelas dan menarik untuk masing-masing indikator
2.
Pembinaan
Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk mencapai
tujuan akhir program imunisasi yaitu menurunkan angka kesekitan dan angka
kematian terhadap PD3I. Cakupan yang tinggi harus disertai dengan mutu program
yang tinggi pula. Untuk meningkatkan mutu program pembinaan dari atas (supervisi)
dari atas diperlukan :
Tingkat supervisi :
-
Tingkat pusat
supervisi ke tingkat propinsi
-
Petugas
propinsi mengadakan pembinaan ke kabupaten
-
Petugas
kabupaten mengadakan pembinaan ke tingkat kecamatan
-
Petugas
kecamatan mengadakan pembinaan ke desa/lapangan
Alat bantu yang digunakan untuk supervisi adalah
check list. Keluaran yang diharapkan dari supervisi dengan check list adalah :
-
Peningkatan
mutu manajemen program
-
Peningkatan
mutu pelayanan dan segi tehnis dari program
-
Peningkatan
bantuan dan kerjasama lintas sektoral
Dalam pelaksanaannya yang dipantau melalui check
list supervisi adalah :
1.
Pengolahan
PWS
2.
Pelembagaan
PWS
3.
Pencatatan
dan pelaporan
4.
Vaksin dan
rantai dingin
VII.
E V A L U A S
I
a. Evaluasi dengan data sekunder, meliputi :
-
Stook vaksin
-
Indek
pemakaian vaksin (IP)
-
Suhu lemari
es
-
Dampak
program terhadap PD3I
b.
Evaluasi
dengan data primer, meliputi :
-
Survei
cakupan ( coverage survei )
-
Survei sosial
-
Uji potensi
vaksin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar